Bahasa Melayu Palembang | |||||
---|---|---|---|---|---|
بهاس ملايو ڤاليمبڠ[a] Baso Palembang باسو ڤليمباڠ | |||||
Asli kepada | Indonesia | ||||
Kawasan | Sumatera Selatan | ||||
Etnik | Melayu Palembang[1] | ||||
Penutur bahasa | ~3,930,000-4,500,000 (2023)[2] | ||||
Bentuk piawai | Palembang Bandar | ||||
Dialek/loghat |
| ||||
Sumber | Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan[3][4] | ||||
Status rasmi | |||||
Bahasa rasmi di | Sumatera Selatan | ||||
Dikawal selia oleh | Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan[5] | ||||
Kod bahasa | |||||
ISO 639-3 | mui | ||||
Glottolog | pale1264 | ||||
| |||||
![]() | |||||
Koordinat: 2°59′30″S 104°45′49″E / 2.991732°S 104.763473°E | |||||

Bahasa Palembang (بهاس ڤلامبڠ), juga dikenali sebagai Melayu Palembang (ملايو ڤلامبڠ) (Baso Palembang) adalah bahasa ibu kepada Orang Melayu Palembang yang berasal daripada wilayah Palembang. Bahasa ini diguna pakai oleh lebih kurang 3.93 juta penduduk (mengikut kajian selidik 2023) sebagai bahasa ibu bagi penduduk tempatan Sumatera Selatan, bersama dengan lingua franca daerah popular lain di wilayah itu bahasa Melayu Basemah.
Sejarah
Sebagaimana bahasa Melayik lainnya, bahasa Palembang merupakan keturunan dari bahasa Proto-Melayik yang diperkirakan oleh beberapa ahli berasal dari Kalimantan bagian barat. Menurut Adelaar (2004), perkembangan Melayu sebagai etnis tersendiri mungkin saja dipengaruhi oleh persentuhan dengan budaya India, selepas merantaunya orang-orang Proto-Malayik dari Kalimantan Barat atau Sarawak menyebrangi lautan untuk bermastautin di Sumatra bagian selatan. Kepindahan mereka dipimpin oleh Maharaja Dapunta Hyang. Empayar Sriwijaya yang berpusat di Palembang pada abad ke-8 merupakan salah satu wujud terawal dari bangsa Melayu, jika bukan yang pertama.[6] Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang merupakan bukti tertulis pertama dari bahasa-bahasa Melayik yang dituturkan di daerah itu.[7]
Selain sumber batu bersurat kuno, sangat sedikit sumber tertulis lainnya yang dapat diguna pakai sebagai rujukan untuk mengkaji perkembangan bahasa Palembang. Satu sumber tertulis berasal daripada era klasik, Kitab Undang-Undang Simbur Cahaya. Ditulis oleh Ratu Sinuhun, istri dari penguasa Palembang Pengiran keturunan Jawa, Sido ing Kenayan pada sekitar abad ke-17. Kitab ini ditulis dalam bahasa Melayu Klasik dengan sengaja mencampurkan bahasa Jawa. Keluarga bangsawan Palembang yang berasal dari Jawa ingin secara perlahan menjajah dan menghancurkan budaya masyarakat Melayu di wilayah itu.[8] Bahasa Melayu Palembang juga sedikit banyak dipengaruhi Bahasa Lampung kerana hubungan kekerabatan.
William Marsden mencatat dua ragam bahasa berbeza yang digunakan di Palembang pada abad ke-18. Bahasa di istana Palembang ketika itu menurutnya adalah dialek Jawa kromo yang meminjam kata dari Melayu dengan campuran kosa kata asing, sementara bahasa sehari-hari penduduk Palembang adalah dialek Melayu, dengan ciri utama pengucapan vokal 'a' yang diganti menjadi 'o' pada sebagian besar suku kata terbuka. Mirip dengan beberapa dialek Melayu lain di Sumatra seperti Pelalawan dan Siak.[9]
Kosa kata
Bahasa Melayu Palembang ialah salah satu bahasa Malayik yang paling banyak penuturnya di Sumatra. Secara amnya bahasa Melayu Palembang ialah keturunan dialek daripada Bahasa Melayu Klasik,[10] dibuktikan dengan penggunaan kata misal pacal (bermakna menyebut hamba dengan kasar) dan pelbagai kata lain yang wujud seperti pucuk, seluar dan lainnya dalam dialek Johor-Riau lama. Bahasa Melayu Palembang juga mendapat sebagian pengaruh dari Jawa dan sedikit kata pinjaman daripada bahasa Lampung.
Bahasa Melayu Palembang mempunyai kesamaan dengan dialek Melayu di wilayah di sekitarnya, seperti Jambi dan Bengkulu. Di kedua-dua daerah ini, akhiran 'a' pada kosa kata bahasa Melayu bertukar kepada 'o' berbeza dengan Riau dan Pontianak yang banyak menukar akhiran 'a' kepada 'e'. Pada dialek bahasa-bahasa Melayu di wilayah itu, pemadaman huruf 'h' pada awal, tengah dan akhir kata ialah perkara yang lazim berlaku. Inversi jika merujuk kepada dialek Johor-Riau dan Pontianak yang sering memartabatkan penyebutan huruf 'h' pada awal, tengah dan akhir kata.
Bibliografi
- P.D. Dunggio, dkk. Struktur Bahasa Melayu Palembang
Nota
- ^ digunakan pakai Kesultanan Palembang
- ^ diguna pakai masa Kesultanan Palembang
Rujukan
- ^ Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia (Hasil Sensus Penduduk 2010) [Bancian Warganegara, Bangsa, Ugama, dan Bahasa Ibu Rakyat Indonesia (Hasil Banci 2010)] (dalam bahasa Indonesia), Jakarta: Central Bureau of National Statistics of the Republic of Indonesia, 2010
- ^ Templat:E22
- ^ "Pedoman Ejaan Bahasa Palembang". Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (dalam bahasa Indonesia).
- ^ a b Trisman, Bambang; Amalia, Dora; Susilawati, Dyah (2007). Twilovita, Nursis (penyunting). Pedoman Ejaan Bahasa Palembang [Palembang Spelling System Guidelines] (dalam bahasa Indonesia). Palembang: Balai Bahasa Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. OCLC 697282757.
- ^ Ralat petik: Tag
<ref>
tidak sah; tiada teks disediakan bagi rujukan yang bernamaLMap
- ^ Adelaar, K.A., "Where does Malay come from? Twenty years of discussions about homeland, migrations and classifications". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 160 (2004), No. 1, hlmn. 1-30
- ^ Adelaar 1992, m/s. 5–6.
- ^ Hanifah 1999, m/s. 1–38.
- ^ Marsden 1811, m/s. 562.
- ^ "Pusat Kajian Sriwijaya UPGRIP Dalami Ilmu Tentang Naskah Jawi di Palembang". SumselMedia.com (dalam bahasa Indonesia). 2025-06-13. Dicapai pada 2025-07-12.
Pautan luar
![]() |
Ujian Wikipedia bahasa Bahasa Melayu Palembang di Wikimedia Incubator |